Sumber Foto : Canva "Namaku Tera. Bukan Tere, apalagi Tere Liye." ucapmu ketus. Aku masih terdiam dan terus berjalan. "Dulu aku pernah membenci namaku sendiri karena berbeda dengan lazimnya nama gadis sebayaku. Hanya saja sejak bertemu denganmu, aku merasa memiliki kawan senasib." Kali ini nada bicaramu melunak, lebih bersahabat. Aku masih tetap terdiam namun semakin mempercepat langkah. "Hei, Aksara Biru. Bahkan sejak pertama mengenalmu, kali pertama pula dalam hidup, aku merasa seperti tenggelam namun ajaibnya tak ingin bergegas mengapung kembali ke permukaan." ucapmu lirih malu-malu. Sial. Kuembuskan napas kasar, berharap segera sampai di titik yang kutuju. "Tahukah kau, bahwa aku menganalogikan kita berdua layaknya filosofi dalam secangkir kopi." Senyummu kembali menari di pelupuk netra. "Kau tak ingin tanya kenapa?" Lagi-lagi kalimatmu menggantung seperti gumpalan awan mendung yang siap menerjunkan air bahnya ke bumi. Dan sesalku...
Created by Iin Fauziah