Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2021

SENANDIKA BLOG SEUMUR JAGUNG

  Seketika aku tampak seperti manusia gua. Aku baru saja tahu ada riuh di luaran sana kala netra memandang lekat pada almanak. Bulan Oktober hari ke 27, ternyata menjadi peringatan "Hari Blogger Nasional" . Berjuta pernyataan "baru tahu, oh ternyata, oh begini" memenuhi cerebrumku. Laun namun pasti, beragam pernyataan itu bersatu menembus lobus frontalku dan terkunci dalam satu pernyataan ringkas : "Masih ada kesempatan untuk  berbagi kesan dan memperingati. Lepaskan saja euforianya dan menarilah dalam aksara bersama para punggawa literasi lainnya" . And voila .. Hari ini di penghujung bulan Oktober tahun 2021, sebuah tulisan sederhana nan receh tersaji di sela waktu membersamai dua balita mungil tercinta. Tentu saja dalam keterbatasan yang asyik. Mengapa begitu?. Mengenang perjalanan blogging dan menuliskannya kembali di sini membuat satu per satu memori terbuka dan merangkak keluar dari dalam kotak pandora. Aku mulai memberanikan diri menginterpretasik

JADI BAHAN UJI COBA INOVASI BIOETANOL, SINGKONG TAK LAGI JADI "ANAK SINGKONG"

  Sumber Foto : Balai Besar Pengembangan Latihan Masyarakat (BBPLM) Jakarta Siapa disini yang tak kenal dengan ubi bernama singkong? Bisa dipastikan hampir seluruh masyarakat Indonesia sangat familiar dengan salah satu ubi tersebut. Ketela pohon/ubi kayu, atau yang familiar di kalangan masyarakat kita disebut dengan singkong adalah perdu tahunan tropika dan subtropika dari suku Euphorbiaceae dengan nama latin Manihot Esculenta . Umbinya dikenal luas sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat, sementara daunnya juga bisa dimanfaatkan sebagai sayuran dan diolah sebagai masakan. Pada zaman dahulu, terutama di masa-masa penjajahan, singkong juga menjadi alternatif bahan pangan bagi penduduk pribumi dikarenakan himpitan kemiskinan yang melanda tanah air. Setelah Indonesia merdeka, muncul istilah "anak singkong" sebagai representasi anak-anak Bumiputera sebagai lawan dari "anak keju", sebutan bagi anak-anak Belanda yang hidup serba berkecukupan. Masyarakat pribumi yang

OCTOBREAST, MOMENTUM KARTINI INDONESIA SADARI dan PEDULI AKAN KESEHATAN PAYUDARA

Sumber foto : freepik.com Bulan Oktober selain menjadi penanda triwulan akhir di penghujung tahun, juga diperingati sebagai momentum bulan kesadaran kanker payudara . Tepatnya sejak Oktober 1985, telah digaungkan kampanye secara masif di seluruh dunia tentang pentingnya mengedukasi diri akan bahaya dari kanker payudara. Pun terlepas dari hal tersebut, berbicara tentang kanker payudara selalu melambungkan ingatan saya kembali ke masa remaja, dimana salah satu kerabat saya yaitu ibunda mertua dari kakak laki-laki saya berpulang dikarenakan mengidap penyakit kanker payudara stadium akhir. Perjuangan yang dilalui bertahun-tahun akhirnya kandas sebab sel-sel kanker yang ganas telah menyebar ke area tubuh yang lain hingga berujung pada kematian. Cerita menyedihkan tak berhenti sampai di situ. Beberapa tahun kemudian, kakak ipar saya terdeteksi mengidap abses pada payudara. Abses yang bermula dari peradangan di area payudara tersebut pada akhirnya menimbulkan nanah. Seolah mengamini faktor g