Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2021

SURAT CINTA untuk IBU

(Desain Foto : by. Canva) Dear Ibu, terima kasih telah membersamaiku dan saudara-saudaraku hingga detik ini dan tegar bertahan dalam keadaan yang tak selalu baik dalam pandangan kita. Tak mengapa kan Bu, bukankah kehidupan dunia tak selalu menawarkan semburat indah warna pelangi yg memanjakan mata? Helaian rambut memutih memenuhi kepala seiring semakin berkurangnya daya penglihatan dan ingatan ibu, membawa rasa malu ini semakin merajai hati kala bertafakur dalam sepi untuk setiap kekurangan kami dalam membersamai masa senja ibu. Karena bahkan hingga detik ini, ibu selalu saja menjadi tempat berpulang kala dunia kejam memperlakukan kami. Kami tenggelam dalam pelukan yg menenangkan untuk kemudian hidup kembali pendar semangat kami yg sebelumnya beranjak redup padam. Ibu yang tak pernah jujur untuk seribu luka dalam hati, yang selalu berkata cukup untuk kebahagiaan yang belum sepenuhnya kami hidangkan. Ibu memang bukan guru dalam arti harfiah. Namun bagi kami, ibu tak ubahnya definisi sal

DUNIA LITERASI BACA-TULIS, SUMUR ILMU YANG TAK PERNAH KERING DIGALI MANFAATNYA

(Desain foto : by. Canva) Dunia literasi selalu menawarkan candu bagi para pecintanya. Pun begitu dengan apa yang saya rasakan. Bak sekalinya tenggelam, maka seketika saya tak ingin bergegas mengapung kembali ke permukaan. Banyak hal menarik untuk dikulik ketika semakin hari diri terperosok masuk menjelajah belantara literasi. Dalam keterbatasan ilmu yang saya miliki, apa yang saya yakini dalam cakrawala pandangan saya selama ini seketika bisa terbantahkan oleh fakta dan data yang tersaji di lapangan. Salah satunya ketika salah seorang pegiat literasi, kang Maman Suherman menyampaikan bahwa ternyata bukanlah minat baca rendah yang selama ini menjadi gaung persoalan di tanah air, melainkan soal akses antara manusia dengan buku yang berjarak. Di Jakarta banyak orang menumpuk buku, sementara nun jauh di pelosok Papua, Kalimantan dan beberapa titik daerah terluas di Indonesia justru mengalami situasi susah untuk mengakses kehadiran buku. Berkaca dari hal tersebut, kang Maman, demikian beli

FILOSOFI GELAS KOSONG, MODAL UTAMAKU BAHAGIA BERSAMA LITERASI

  Menulis adalah memahat peradaban. Demikian saya meminjam istilah seorang sastrawan ternama tanah air, Helvy Tiana Rosa. Sebuah tulisan itu adalah rekam jejak. Sekali dipublikasikan, tak akan bisa kita tarik. Maka menulislah hal-hal yang berarti agar tiada penyesalan di kemudian hari. Sebuah pesan sederhana tersirat. Ada tanggung jawab moral yang mengiringi dalam setiap perjalanan goresan aksara yang tertuang di dalamnya. Tak berhenti di sana, menulis juga tak semata tentang bagaimana menginterpretasikan rasa melalui aksara, namun juga tentang perjalanan menukil ilmu dari tulisan  yang telah disyiarkan. Dan hari ini ketika langkah masih terseok berjalan di belantara literasi, seolah menemukan oase yang menjadi penyejuk dahaga, saya mendapatkan ilmu dari para pegiat literasi yang terlebih dahulu merasakan asam garam dunia tersebut. Tak hanya secercah, tetapi banyak dan benderang seketika dunia saya. Salah seorang penulis multitalenta yang menginspirasi perjalanan saya adalah Maman Suhe

SAJAK NEGERI SAWIT

  (Sumber Foto : Global Environmental Conservation Organization (wwf.id)) Ekspansi meraja di atas tanah-tanah surga rimbunan pokok sawit tercerabut paksa terluka semesta Tak kau lihatkah, kawan? satwa primata itu memekik nyalang gigil di tengah lautan bara porak-poranda rupa habitatnya Bulir oksigen melambai sayonara bermetamorfosa ke dalam wajah emisi CO2  tunasnya malu-malu  tak menunggu masa ia menguarkan harumnya menembus lapis-lapis udara Tengok di sana ibu pertiwiku berselimut gulita kabut tersengal dalam hela napas satu dua ISPA menari di atas paru-paru anak cucunya bilakah air bah turun dari atas sana? sesederhana itu sebuah pinta berulang dilangitkan dalam rapal doa   Duhai Tuan tunai sudah syak wasangka ini di atas luka ibuku segalanya dipersekusi nasib rakyat apalagi serupa komoditas suara hingar bingar hanya fatamorgana Duhai Puan gaungnya laba sawit itu memekakkan telinga bukan? nyaring sekali lantas membuat kalian alpa dibuai singgasana bertilam sutra Salam dari mimpi ana

BERTUMBUH MENJADI IBU RUMAH TANGGA BAHAGIA dan BERDAYA BERSAMA APLIKASI SUPER

Setiap kali membaca caption yang ada dalam gambar di atas, bawaannya ingin tertawa saja. Bagaimana tidak, ilustrasi visual yang tersaji dalam gambar tersebut sangat mewakili apa yang saya rasakan sepanjang lima tahun usia pernikahan saya. Ya, bahwa menjadi ibu rumah tangga ternyata tidak sesederhana yang ada dalam pikiran. Awalnya saya berpikir bahwa selepas  resign dari pekerjaan sebelumnya, untuk kemudian banting kemudi meneguhkan hati menjadi ibu rumah tangga sejati adalah sebuah solusi indah yang saya ambil. Membayangkan masa-masa yang saya lalui nantinya akan sangat berwarna dan penuh semangat. Membersamai suami dan buah hati menjadi goal tersendiri yang ingin saya ciptakan dalam kehidupan rumah tangga saya nanti. Sesederhana itu. Namun sayangnya, hidup tak sesimpel itu, Ferguso. Riak gelombang dalam rumah tangga yang hanya berada dalam angan-angan, mampir sebentar saja di benak saya lewat petuah para orangtua yang diperdengarkan di telinga saya menjelang hari H pernikahan. Hin