Langsung ke konten utama

JADI BAHAN UJI COBA INOVASI BIOETANOL, SINGKONG TAK LAGI JADI "ANAK SINGKONG"

 


Sumber Foto : Balai Besar Pengembangan Latihan Masyarakat (BBPLM) Jakarta

Siapa disini yang tak kenal dengan ubi bernama singkong? Bisa dipastikan hampir seluruh masyarakat Indonesia sangat familiar dengan salah satu ubi tersebut. Ketela pohon/ubi kayu, atau yang familiar di kalangan masyarakat kita disebut dengan singkong adalah perdu tahunan tropika dan subtropika dari suku Euphorbiaceae dengan nama latin Manihot Esculenta. Umbinya dikenal luas sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat, sementara daunnya juga bisa dimanfaatkan sebagai sayuran dan diolah sebagai masakan. Pada zaman dahulu, terutama di masa-masa penjajahan, singkong juga menjadi alternatif bahan pangan bagi penduduk pribumi dikarenakan himpitan kemiskinan yang melanda tanah air. Setelah Indonesia merdeka, muncul istilah "anak singkong" sebagai representasi anak-anak Bumiputera sebagai lawan dari "anak keju", sebutan bagi anak-anak Belanda yang hidup serba berkecukupan. Masyarakat pribumi yang masih mengkonsumsi singkong pun dipandang rendah pada masa itu.


Namun siapa sangka, terlepas dari perjalanan cerita singkong di masa lampau, pada kenyataannya singkong terbukti memiliki beragam manfaat yang sangat baik untuk kesehatan, diantaranya :

  • SUMBER KARBOHIDRAT

  • MEMBANTU PROSES DIET

  • MENYEMBUHKAN DIARE

  • GLUTEN FREE dan MENCEGAH PENYAKIT DIABETES

  • MENYEHATKAN SISTEM PENCERNAAN

  • KAYA AKAN KANDUNGAN SERAT, VITAMIN, dan MINERAL

Tak cukup sampai disitu saja, ada fakta menarik lain tentang manfaat singkong bagi kehidupan manusia. Beberapa tahun terakhir beberapa penelitian menyebutkan bahwa singkong bisa menjadi sumber energi alternatif di masa depan. Wah, bagaimana bisa??


SINGKONG SEBAGAI BAHAN BAKAR NABATI

Berdasarkan penelitian yang terus dikembangkan oleh para ilmuwan, di dalam ubi singkong terdapat kandungan bahan yang bisa menjadi solusi alternatif untuk bahan bakar nabati (biofuel) di masa depan. Apakah itu bahan bakar nabati ?


Bahan bakar nabati (biofuel) adalah bahan bakar dari biomassa atau materi yang berasal dari tumbuhan dan hewan, namun lebih cenderung dari tumbuhan. Biofuel terbagi ke dalam tiga jenis, yaitu bioetanol, biodiesel dan biogas.

  1. BIOETANOL

Sumber Foto : kargoku.id

Yaitu etanol yang berasal dari tumbuhan, seperti tebu, singkong, alga, jagung, tebu hingga limbah sayuran. 

  1. BIODIESEL

Yaitu bahan bakar yang berasal dari tumbuhan atau hewan, biasanya terbuat dari minyak kelapa, minyak kedelai, minyak rapeseed (beberapa kelompok tumbuhan marga Brassica yang dibudidayakan untuk diambil minyak dari bijinya), minyak buah jarak dan minyak bunga matahari. 


Sebagai informasi, biodiesel di Hawai terbuat dari minyak goreng bekas. Lain lagi dengan Jepang yang berhasil memproduksi biodiesel berbahan minyak bekas hasil olahan produk masakan restoran. Sementara di negara kita sendiri, bahan bakar nabati sebagian besar terbuat dari bahan minyak sawit mentah. Alhasil, ekspansi sawit meraja dimana-mana, sehingga menyebabkan populasi hutan sawit di Indonesia berkurang signifikan demi memenuhi kebutuhan pembuatan bahan bakar nabati. Sebuah ironi di tengah situasi yang serba tidak mendukung. 

  1. BIOGAS

Yaitu bahan bakar yang berasal dari gas hasil fermentasi bahan-bahan organik, seperti kotoran (baik itu kotoran manusia maupun hewan), sampah rumah tangga (domestik), dan sampah tumbuhan. 


Lantas mengapa pengadaan bahan bakar nabati (biofuel) bersifat urgen dan sangat diperlukan?


BIOFUEL SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI BAHAN BAKAR FOSIL

Seiring perkembangan zaman, kita sadari bahwa persediaan bahan bakar fosil yang ada di bumi ini semakin menipis. Hal tersebut dikarenakan bahan bakar fosil merupakan sumber daya yang tidak bisa diperbarui dan kelak pada masanya akan habis. Sayangnya tak sejalan dengan itu, banyak negara yang justru mengalami kesulitan untuk menghentikan penggunaan energi fosil disebabkan efek ketergantungan yang sudah terlanjur mengakar kuat sejak zaman dahulu. Misalnya, ketergantungan akan minyak bumi dan batubara. 


Sekedar informasi, lebih dari 90% kebutuhan energi dunia bersumber dari bahan bakar fosil. Bila eksploitasi terjadi secara terus menerus, diperkirakan sumber energi fosil akan habis hanya dalam waktu 50 tahun mendatang. Oleh karenanya, sebagai respon atas permasalahan tersebut, muncul sebuah solusi alternatif untuk mengurangi pemanfaatan bahan bakar fosil lantas beralih menggunakan bahan bakar nabati (biofuel). Salah satunya adalah mengembangkan inovasi bioetanol berbahan dasar dari singkong. Sebenarnya bioetanol sendiri sudah lama dikenal selama ini, namun terbatas digunakan sebagai bahan baku industri kimia, kosmetik dan farmasi. Namun dewasa ini, seiring meningkatnya kebutuhan manusia akan bahan bakar minyak (BBM), bioetanol akhirnya mulai diinovasikan sebagai bahan bakar alternatif pengganti keberadaan BBM yang semakin mahal dan adakalanya mengalami kelangkaan di pasaran. Kabar baiknya, bahan bakar bioetanol bisa menjadi pilihan tepat bagi masyarakat karena harganya yang relatif murah dan hemat. Pemanfaatan bioetanol 98% dapat digunakan sebagai BBM yang setara dengan pertamax, sedangkan bioetanol 80% dan 96% dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar kompor etanol.


MENGAPA SINGKONG?

Sumber Foto : kampustani.com

Bioetanol sendiri merupakan etanol berbahan dasar sumber hayati yang mengandung komponen pati, gula atau selulosa. Sementara singkong kaya akan komponen-komponen tersebut, sehingga dipilih menjadi sumber energi alternatif. Selain itu, ketersediaan bahan baku yang melimpah dan kemudahan dalam proses pembuatan bioetanol berbahan dasar singkong juga turut menjadi dasar mengapa bioetanol singkong dipilih menjadi salah satu energi pengganti yang diharapkan bisa dimanfaatkan dengan baik dalam jangka waktu yang panjang di masa depan. 


Bioetanol singkong juga ramah lingkungan, sebab mengandung 35% oksigen dimana hal tersebut dapat meningkatkan efisiensi pembakaran dan mengurangi emisi gas rumah kaca sehingga membantu dalam upaya mengatasi krisis iklim dunia. Selain itu, gas buangnya rendah terhadap senyawa-senyawa yang berpotensi sebagai sumber polusi (polutan).


CARA PEMBUATAN BIOETANOL BERBAHAN DASAR SINGKONG

  1. KUPAS SINGKONG SEGAR. LALU BERSIHKAN DAN CACAH DALAM UKURAN KECIL

Sebagai informasi, segala jenis singkong bisa dimanfaatkan. 

  1. LIQUIFIKASI dan SAKARIFIKASI

Kandungan karbohidrat atau zat tepung pada singkong dikonversi menjadi gula kompleks menggunakan enzim alfa amilase melalui proses pemanasan pada suhu 90°C, dimana pada kondisi ini tepung akan mengalami proses gelatinasi, yakni proses pengentalan serupa bentuk jelly. Pada kondisi optimal, enzim alfa amilase ini akan bekerja memecahkan struktur tepung secara proses kimiawi menjadi gula kompleks (dextrin). Proses liquifikasi selesai dan ditandai dengan parameter perubahan dimana tekstur bubur yang diproses berubah menjadi lebih cair seperti sup.

  1. FERMENTASI

Tepung telah berubah menjadi gula sederhana, yakni glukosa dan sebagian fruktosa dengan kadar gula berkisar antara 5-12% pada tahap ini. Selanjutnya proses mencampurkan ragi (yeast) pada cairan bahan baku tersebut dan mendiamkannya dalam wadah tertutup (fermentor) selama kurun waktu 5-7 hari (fermentasi secara anaerob) dan berkisar di suhu optimal 27-32°C. Versi lainnya menyebutkan bahwa proses fermentasi ini juga bisa dilakukan dalam jangka waktu 3 hari saja, dimana pada waktu itu akan terbentuk 3 lapisan, yakni endapan protein pada lapisan terbawah, lalu di atasnya terdapat endapan air dan etanol. 


Keseluruhan proses, mulai dari persiapan bahan baku, liquifikasi, sakarifikasi hingga proses fermentasi harus berada pada kondisi bebas kontaminan, yang artinya membutuhkan ketelitian tingkat tinggi agar bahan baku tidak terkontaminasi oleh mikroba lainnya. Proses fermentasi tersebut menghasilkan cairan yang mengandung alkohol/etanol dengan kadar rendah berkisar 7-10% (biasa disebut Cairan Beer). 

  1. DISTILASI

Umumnya dikenal dengan istilah penyulingan, yaitu proses pemisahan alkohol dalam cairan beer hasil fermentasi. Dimana etanol akan menguap terlebih dahulu pada suhu 78°C (setara dengan titik didih alkohol) ketimbang air. Uap etanol dalam distillator akan dialirkan ke bagian kondensor sehingga terkondensasi menjadi cairan etanol. Proses distilasi ini merupakan bagian terpenting dalam keseluruhan proses produksi bioetanol. Dibutuhkan tenaga operator yang ahli dalam menguasai teknik distilasi. Selain itu juga dibutuhkan pemahaman tentang teknik fermentasi dan peralatan distillator yang berkualitas untuk mendapatkan hasil penyulingan etanol yang optimal. 

  1. DEHIDRASI

Hasil penyulingan berupa etanol dengan kadar 95% belum dapat larut dalam bahan bakar bensin. Untuk substitusi BBM diperlukan etanol berkadar 99,6-99,8% (etanol kering). Dalam proses pemurnian etanol 95% akan melalui proses dehidrasi (distilasi absorbent) menggunakan alat yang bernama dehidrator, dimana proses tersebut akan menghasilkan etanol berkadar 99,6-99,8% sehingga dapat dikategorikan sebagai Full Grade Ethanol (FGE) dan layak digunakan sebagai BBM sesuai standar Pertamina. 

Sumber Foto : bisnisukm.com


TANTANGAN dan KENDALA

Ketersediaan bahan baku singkong yang melimpah di pasaran, sejatinya membuka peluang bisnis baru bagi perkembangan inovasi bioetanol singkong. Efek positifnya, tidak menutup kemungkinan akan membuka lapangan kerja baru di bidang industri etanol sekaligus menggerakkan ekonomi pedesaan, khususnya bagi para petani singkong. 


Sayangnya, sampai saat ini inovasi tersebut masih terkendala pada hal-hal substansial, seperti kurangnya sosialisasi secara masif dan kontinyu oleh pemerintah maupun swasta kepada masyarakat luas akan peranan energi pengganti di masa depan. Dampaknya, masyarakat luas masih menaruh "kepercayaan penuh" pada BBM bersubsidi dan kurang melirik bioetanol singkong yang notabene lebih ramah lingkungan. Di sisi lain, persediaan bioetanol singkong yang masih belum stabil, acapkali membuat para konsumen bioetanol singkong beralih kembali ke BBM bersubsidi.


Selain itu, tidak adanya pendekatan secara persuasif dan proses edukasi secara kontinyu dan berkelanjutan oleh pemerintah maupun swasta kepada para petani singkong untuk memaksimalkan potensi pertanian singkong turut menengarai sebab mengapa inovasi bioetanol singkong sampai saat ini berada pada kondisi stagnan dan tidak mengalami perkembangan signifikan di negara kita.  Oleh karenanya, perlu adanya peran dari seluruh pihak terkait, terutama pemerintah dan swasta untuk mengedukasi masyarakat luas juga para petani singkong tentang pentingnya peranan energi alternatif di masa mendatang berikut solusi di dalamnya. 


Dan bila kelak dalam perkembangannya bermunculan industri biotenol singkong di tanah air, harapan saya semoga pemerintah juga akan memberlakukan insentif pembebasan pajak perusahaan, bea masuk, dan pajak barang modal selama kurun waktu tertentu kepada industri bioetanol yang sedang berkembang, dalam rangka kemajuan industri bioetanol singkong di Indonesia. 


Semoga tulisan ini bermanfaat. Salam Bumi Hijau. 


Sumber Referensi : 

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ketela_pohon

https://madaniberkelanjutan.id/2021/10/05/apa-itu-biofuel-bahan-bakar-nabati

https://www.jamudigital.com/berita?id=Beragam_Manfaat_dan_Kandungan_Singkong

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Rapeseed

https://bisnisukm.com/bioetanol-singkong-menguntungkan-dan-ramah-lingkungan.html

http://enero.co.id/etanol-dari-singkong/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SENANDIKA BLOG SEUMUR JAGUNG

  Seketika aku tampak seperti manusia gua. Aku baru saja tahu ada riuh di luaran sana kala netra memandang lekat pada almanak. Bulan Oktober hari ke 27, ternyata menjadi peringatan "Hari Blogger Nasional" . Berjuta pernyataan "baru tahu, oh ternyata, oh begini" memenuhi cerebrumku. Laun namun pasti, beragam pernyataan itu bersatu menembus lobus frontalku dan terkunci dalam satu pernyataan ringkas : "Masih ada kesempatan untuk  berbagi kesan dan memperingati. Lepaskan saja euforianya dan menarilah dalam aksara bersama para punggawa literasi lainnya" . And voila .. Hari ini di penghujung bulan Oktober tahun 2021, sebuah tulisan sederhana nan receh tersaji di sela waktu membersamai dua balita mungil tercinta. Tentu saja dalam keterbatasan yang asyik. Mengapa begitu?. Mengenang perjalanan blogging dan menuliskannya kembali di sini membuat satu per satu memori terbuka dan merangkak keluar dari dalam kotak pandora. Aku mulai memberanikan diri menginterpretasik

METAMORFOSA MIMPI

(Sumber foto : pixabay) 🍁 DESEMBER 2003 Tetiba rasa ini ada. Mulanya sebiji saja. Sejuta sayang, terlambat kusadari hingga tunasnya berkecambah penuh di dasar hati. Geletarnya terasa bahkan hingga hampir seribu malam sejak detik ini. Aku terjatuh lantas menaruh rasa. Tak ada lagi awan yang mengabu, sebab semua hariku seketika berwarna biru. Sesederhana itu geletar rasa, bisa merubah mimpi buruk menjadi sebuah asa. Bila kalian tanya apa dan bagaimana mimpiku, dengan lantang akan kujawab : DIA ❤. 🍁  FEBRUARI 2006 (Sumber foto : pixabay) Sayonara kuucapkan pada kisah lama. Bak plot twist roman picisan. Hari ini mimpiku sedikit bergeser ke dalam bentuk ekspektasi. Membahagiakan yang terkasih dengan penghidupan yang lebih baik. Iya, senyuman ibunda layak menjadi juara. Kukejar mimpi seperti mengejar bayanganku sendiri. Tak mengapa. Selagi aku terus berusaha menghunjamkan 'akar'nya hingga menembus jauh ke dalam tanah, bukankah sah saja bila aku memiliki mimpi yang menjulang tinggi

SEJAUH MANA KITA LIBATKAN ALLAH DALAM HIDUP KITA?

(Sumber foto : IG @ninih.muthmainnah) Masih terekam jelas dalam ingatan, peristiwa ketika si kecil tetiba terjatuh lantas mengalami kejang hingga tak sadarkan diri. Detik kala itu berlalu sangat cepat, bak sebuah adegan film dengan sekali aba-aba take action tanpa cut dari sang sutradara. Menutup lembaran tahun dalam nuansa yang jauh dari kata indah. Melewati puncak tantrum si kecil di sebuah rumah sakit. Bersamaan dengan pekik suara terompet membelah hening malam, pertanda tahun 2021 telah berlalu dan berganti dengan ucapan selamat datang tahun 2022. Serupa antitesis dalam sebuah fragmen kejadian yang harus dilewati secara bersamaan sekaligus. Satu hal yang membekas dari peristiwa di penghujung tahun lalu, ketika tak satupun jalan keluar kutemui, ternyata hanya di pintuNya-lah tak pernah kutemui jalan buntu. Aku merajuk mengulang pinta dan doa. Sembari menegakkan ikhtiar secara maksimal, kunikmati waktu melambungkan bait-bait doa dalam kepasrahan yang paripurna. Bahwa permata jiwaku