Adalah mereka para malaikat berhati kesejukan embun bernama guru, memahat setiap kelemahan diri yang semula papa menjadi bisa. Tanpa pamrih. Sepenuh doa bersama cinta untuk beliau yang telah berjasa.
Hingga warsa berganti dan melipat cerita lalu dengan sebuah pencapaian dalam fase bernama remaja. Hey sebentar, ada tunas rasa berkecambah di sebuah kotak pandora bernama hati. Ada pipi yang bersemu ranum buah jambu tatkala namanya berbisik di telingaku. Tak terhingga puluhan sajak tercipta sebab olehnya. Kala itu semua hari dalam seminggu menjadi berwarna biru. Ah, cinta memang selalu begitu.
Dan hari ini kala masa menjejak langkah, lebih dari satu dasawarsa berlalu, aku menuliskan lagi kenangan itu dengan versi pribadi baru sebagai seorang belahan jiwa sekaligus ibu. Tersenyum ku mengingatnya. Sebaris senyum untuk setiap kenangan yang menjadi alinea dalam cerita kehidupan ini.
Dan pada hari ini jua yang menempa diriku untuk senantiasa menimba ilmu di belantara dunia literasi, menapakkan langkah walau terlatih demi mimpi yang selalu terpatri. Semoga senantiasa terselip rangkaian hikmah dan kebaikan dari setiap aksara yang tergoreskan pena, yang kelak aku percaya akan menjadi saksi dan pemberat amal di yaumul mizan. Bahwa setiap goresan tangan kita juga bisa menjadi jalan datangnya ilmu bagi siapa saja yang dikehendakiNya.
==========================================================
Tulisan di atas menjadi tulisan pertama yang mengantarkan saya memenangi event instagram challenge yang diadakan oleh mbak Shafira Adlina (@shadl) pada tanggal 20 - 31 Mei 2021 dalam rangka menyambut perayaan hari ulang tahun sebuah komunitas literasi di jejaring dunia maya bernama komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN) yang ke sebelas tahun. Sebuah komunitas yang keberadaannya secara tidak langsung membangkitkan ghirah dan semangat saya untuk menapakkan kaki masuk lebih dalam lagi ke belantara literasi tanah air. Menapakkan langkah kecil yang acapkali tertatih karena minimnya pengalaman di dunia kepenulisan, namun justru menjadi plot twist tersendiri manakala kegagalan sebab mati ide dan kurangnya ilmu literasi tersebut pada akhirnya semakin melecut diri untuk tak menyerah di tengah jalan lantas berhenti berkarya.
Oleh karenanya rasa terima kasih tak terhingga saya haturkan teruntuk mbak Shafira Adlina (@shadl) selaku penggagas event challenge instagram bertajuk "Tulisan Pertamaku" juga Komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN) selaku wadah bernaungnya para perempuan Indonesia, yang berasal dari lintas generasi juga profesi namun memiliki kesamaan visi dalam memajukan kemampuan diri di dunia literasi. Bersyukur bisa berada di tengah perempuan-perempuan hebat tersebut yang senantiasa melahirkan karya di sela aktivitas mereka yang padat.
Akhirul kalam, tak ada gading yang tak retak. Bahwa kesempurnaan hanyalah milik Allah, sementara banyak kealpaan diri datangnya dari saya pribadi selaku makhluk human bernama manusia. Semoga setelah tulisan pertama ini, akan ada tulisan kedua, ketiga dan seterusnya yang menjadi jalan saya untuk menguatkan langkah di dunia kepenulisan. Sederhana, sebagaimana harapan saya dalam "Tulisan Pertamaku" akan hadirnya hikmah dalam setiap aksara yang tergoreskan pena, begitupun dengan tulisan saya selanjutnya. Besar harapan akan membawa manfaat bagi para pembaca. Aamiin yaa mujiibassa'ilin 😊
Komentar
Posting Komentar
Terima kasih sudah membaca artikel ini. Silakan berkomentar dengan santun.