Langsung ke konten utama

RUMAHKU : TAK SEKADAR RUANG BERTUMBUH BERSAMA, TETAPI JUGA MEDAN MAGNET TERKUAT UNTUK KEMBALI PULANG

 Sesungguhnya, kita telah lama jadi penghuni "waktu", sementara rumah telah menjelma menjadi sekadar "ruang transit". Demikian saya meminjam kutipan dalam buku karya Avianty Armand yang bertajuk "Arsitektur yang Lain : Sebuah Kritik Arsitektur". Salah satunya tentang makna rumah yang telah mengalami pergeseran nilai dan arti dari waktu ke waktu. Konsep rumah sebagai sebuah hunian yang kehilangan batas definitifnya sehingga berubah menjadi sangat elastis. Orang-orang dalam hiruk pikuk modernitas yang betah berlama-lama duduk di kafe yang berinternet, mencuri-curi waktu memejamkan mata di sela perjalanan pulang dan pergi ke kantor, bertemu sejumlah relasi di lobi hotel berbintang hingga menghabiskan makan malam bersama keluarga di restoran-restoran silih berganti. Orang-orang itu adalah kita, tak terkecuali saya. Masihkah semangkuk rindu mengepul hangat di setiap sudut ruangannya? Atau jangan-jangan dinginnya sudah menembus batas empati sang pemilik? 


Bagi saya, rumah sejatinya tak sekadar bangunan berlabel arsitektur dengan komponen detail seperti jendela, daun pintu, atap dan lantai. Lebih kompleks dari itu semua. Ada setangkup kehangatan di tiap sudutnya, sesekali menjelma tawa para penghuninya, bahkan tak jarang percik pertikaian menggaduhkan suasananya. Tak mengapa, karena rumah sesungguhnya adalah ruang untuk bertumbuh bersama. Sebab dari sana pula, sebuah peradaban baru bermula. 


Dulu sebelum menikah, saya tak pernah berasumsi untuk mengulik maknanya lebih jauh. Sebab seperti lazimnya pemikiran sebagian besar orang, rumah tak ubahnya tempat bernaung dari cuaca terik dan hujan, gangguan binatang liar bahkan orang yang (mungkin) berniat jahat. Namun semenjak berkeluarga hingga memutuskan untuk merantau ke tanah Sumatera bersama suami dan anak pertama, lantas kembali lagi ke tanah kelahiran di Jawa, maka definisi rumah bagi saya menjadi tak sesederhana itu. 


RUMAHKU : MEDAN MAGNET TERKUAT UNTUK KEMBALI PULANG

"Pergilah kemana saja kakimu melangkah, tetapi jangan pernah lupa di mana asal-usulmu"

- Pesan Ibu


Senyaman apapun tinggal di tanah rantau, pada akhirnya tanah kelahiranlah yang menjadi juaranya. Iya, sejauh apapun kaki melangkah, tetap kampung halaman selalu memanggil pulang dengan segala caraNya yang ajaib. Pun demikian yang berlaku dalam hidup saya.  


Seperti kawanan burung yang puas berkelana mengarungi jagat raya, mereka akan tetap kembali ke sarangnya. Analogi sederhananya begitu. Seperti kawanan burung itu, saya pun kini sudah kembali ke kampung halaman. Seluruh hati saya menggenap ke setiap jejak udara yang mengitari tempat dimana saya dilahirkan. Magnet terkuat itu tak semata bernama rindu, tetapi rumah beserta segala kompleksitas yang ada di dalamnya. Sesederhana fisik rumah itu, selalu menghadirkan kenyamanan untuk ditinggali. Meski terkesan subyektif, namun parameter kenyamanan inilah yang menjadi tolok ukur sejauh mana sebuah hunian bisa mendatangkan kedamaian bagi para penghuninya. 


JADIKAN IMPIAN MILIKI HUNIAN SEBAGAI BAGIAN DARI PERJALANAN HIDUP

Memiliki hunian sendiri adalah impian yang masih terus saya pintal hingga hari ini, meski selepas pulang dari tanah rantau, saya beserta keluarga kecil masih tinggal di rumah orang tua saya hingga saat ini. Bukan tak ingin berkeinginan hidup mandiri bersama keluarga kecil, tetapi amanah ibu menjadi salah satu pegangan kuat untuk sedikit mengesampingkan ego yang ada. Ibunda menginginkan anak bungsunya ini menemani masa senja beliau, mengingat bapak juga telah berpulang lama. Hal itu pula yang membawa saya sampai pada satu titik kesimpulan tentang impian memiliki hunian sendiri adalah bagian dari proses perjalanan hidup.


Dilansir dari data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tahun 2019, sebanyak 81 juta generasi milenial belum memiliki rumah. Angka tersebut ternyata setara dengan 31 persen dari total populasi penduduk Indonesia. 


Membaca sebaran data di atas semakin meyakinkan saya bahwa belum memiliki hunian sendiri bukanlah sebuah kemalangan yang harus diratapi. Tak hanya saya yang berada dalam situasi itu, karena ternyata di luar sana banyak juga yang mengalaminya. 


Just deals with it. Selanjutnya jangan pernah bosan untuk memintal impian sembari berikhtiar untuk terus mewujudkannya. Nikmati dan syukuri apa yang ada di depan mata saat ini, insya Allah Tuhan akan membukakan jalan terbaik untuk setiap harapan yang kita langitkan dalam doa.


SERUNYA MERANGKAI KONSEP RUMAH IDAMAN

Impian memiliki rumah sendiri akhirnya membawa saya pada satu ide merangkai konsep rancang bangun. Meski masih berbentuk ide yang tergambar dalam imajinasi, nyatanya hal tersebut menjadi salah satu hal yang mengasyikkan. Tak ada salahnya bukan, hitung-hitung dalam rangka memperkaya referensi tentang rumah idaman kelak. Mengusung konsep simpel, namun tetap memuat esensinya : meskipun sederhana tetapi bersih. 

  • TEMA MONOKROM

(Sumber foto : rumah.com)

Bukan semata mengikuti tren rumah impian yang instagramable dengan tema ini, tetapi lebih karena ingin memunculkan sisi elegan dalam konsep rumah sederhana yang kelak akan saya bangun. 


Meski tema monokrom identik dengan warna hitam dan putih, nyatanya tidak terbatas pada dua warna itu saja lho. Biru, hijau dan warna turunan lainnya juga bisa dikategorikan monokrom, selama masih memiliki satu gradasi dari tone warna yang sama. Walaupun begitu, tetap saja warna putih yang menjadi juara di hati saya. Kesan bersih dan elegan langsung terpancar seketika, selain tentunya warna putih yang notabene tergolong warna terang juga berfungsi memberikan kesan luas meski dalam dimensi ruang yang sempit.


  • ARSITEKTUR RUMAH MODEL TROPIS

(Salah satu sudut kolam ikan nila yang didesain mengelilingi rumah mertua di desa)

Desain rumah yang kita pilih konon katanya juga merefleksikan karakter penghuninya. Terinspirasi dari rumah mertua di desa yang secara geografis letaknya berada di daerah pesisir pantai dan identik dengan cuaca panas, namun nyatanya membuat saya beserta anak-anak betah berlama-lama di sana. Tahu apa penyebabnya?

(Ruang keluarga, salah satu spot favorit anak-anak kala menghabiskan waktu liburan di desa)

Berbekal ilmu rancang bangun yang dipelajari  suami semasa kuliah, beliau mengaplikasikan konsep hunian model tropis untuk rumah masa kecilnya itu. Halaman luas di samping rumah ditanami berbagai jenis tanaman. Tak tanggung-tanggung, pohon mangga, nangka, cemara, hingga palem menghiasi halaman rumahnya yang luas. Tak terkecuali aneka tanaman seperti anggrek, bougenville, bunga pukul empat, aneka bonsai, simbar menjangan, hingga tanaman toga juga ada di sana. Tak hanya itu saja. Untuk menambah kesan dingin dan sejuk, beliau membuat kolam ikan nila keliling berkonsep sederhana, mengingat unsur air yang berfungsi menyerap panas yang ada di sekitarnya.

(Pemandangan pertama waktu membuka jendela, kolam ikan nila serta aneka tanaman bonsai)

OLYMPLAST, WISHLIST FURNITURE UNTUK HUNIAN IMPIANKU  

Rumah dan furniture ibarat dua hal yang tak terpisahkan,  saling melengkapi satu sama lain. Furniture menjadi salah satu elemen esensial untuk menambah nilai estetika sebuah rumah. Tanpa kehadiran furniture, sebuah ruang hanya akan menghasilkan kesan kosong, sunyi dan jauh dari kata indah.  


Berbicara tentang hal itu, ada beberapa wishlist untuk memperindah interior ruangan di rumah saya nantinya, salah satunya adalah furniture berbahan plastik. Pertimbangan harga yang lebih terjangkau, bobotnya yang ringan, proses perawatan yang sangat mudah hingga pilihan warna yang lebih variatif menjadi alasan mengapa saya jatuh hati pada furniture plastik. Kabar baiknya, saya tak perlu lagi pusing memilah dan memilih harus mencari perabotan rumah tangga berbahan plastik itu di mana, karena ada Olymplast yang menjadi solusi kebutuhan saya.


Olymplast merupakan brand furniture plastik terbaik di Indonesia dan diproduksi oleh PT. Cahaya Bintang Plastindo yang notabene merupakan anak perusahaan dari PT. Graha Multi Bintang sebagai holding company yang memegang merk-merk furniture ternama Nasional, sebagai bagian dari Olympic Furniture Group.

(Sumber foto : instagram/olymplast)

Storage OSS yang berfungsi seperti kantong doraemon. Kecil-kecil cabe rawit dengan desain minimalis nan elegan, tetapi dimensinya luas di bagian dalam.


(Sumber foto : instagram/olymplast)
Rak susun Olymplast yang super tebal, berkualitas terbaik dan super aesthetic ini sifatnya multifungsi lho. Bisa dijadikan tempat menyimpan mainan anak, atau digunakan untuk tempat penyimpanan di laundry room
(Sumber foto : instagram/olymplast)
Lemari OTC Olymplast ini seketika membuat saya jatuh hati. Dilengkapi dengan handle pintu minimalis dan tekstur doff, tekstur kayu pada badan lemari, motif bevel minimalis, ruang penyimpanan yang luas serta dilengkapi dengan kunci sebagai pengaman laci jadi wishlist nomor satu yang wajib dimiliki nantinya. 

 

7 TAHUN DALAM KARYA, OLYMPLAST JUARANYA RAPIKAN RUMAH

Genap berusia 7 tahun mewarnai dunia  furniture plastik di tanah air, nyatanya Olymplast selalu berbenah dalam inovasi dan terbukti menjadi juaranya rapikan rumah keluarga Indonesia. Mengusung visi terbaiknya, yakni menyediakan produk terbaik dengan konsep modern yang dapat mempercantik rumah serta memberi manfaat keluarga Indonesia dengan perabot plastik berkelas dan berkualitas, Olymplast mampu bersaing dengan brand furniture lainnya di tanah air. 


Tak hanya itu, sejumlah komitmen diemban Olymplast untuk menghadirkan produk-produk terbaik tersebut. 

  • KUALITAS MATERIAL

Olymplast menggunakan material pilihan terbaik untuk setiap produk perabotan rumah tangga yang dihasilkan

  • KUALITAS DESAIN

Olymplast selalu mengembangkan desain dan inovasi terkini sesuai dengan kebutuhan konsumen 

  • KUALITAS FUNGSI

Semua produk Olymplast yang dihasilkan memiliki nilai fungsional tinggi untuk kepuasaan konsumen

  • KUALITAS TAHAN LAMA

Olymplast fokus kepada uji standar dan kontrol yang ketat agar menciptakan produk yang tahan lama


So, masih ragu pakai produk Olymplast? Tentu saja tidak dong yaaa…. karena Olymplast juaranya rapikan rumah. Pun, bersama Olymplast, rumah tak lagi sekadar menjadi ruang bertumbuh bersama, tetapi juga medan magnet terkuat untuk kembali pulang. 


Sumber referensi :

https://olymplast.co.id/
https://olymplast.co.id/product?q=all
https://olymplast.co.id/inspiration-detail/Kelebihan-Dari-Furnitur-Plastik
https://www.rumah.com/panduan-properti/monokrom





Komentar

Postingan populer dari blog ini

SENANDIKA BLOG SEUMUR JAGUNG

  Seketika aku tampak seperti manusia gua. Aku baru saja tahu ada riuh di luaran sana kala netra memandang lekat pada almanak. Bulan Oktober hari ke 27, ternyata menjadi peringatan "Hari Blogger Nasional" . Berjuta pernyataan "baru tahu, oh ternyata, oh begini" memenuhi cerebrumku. Laun namun pasti, beragam pernyataan itu bersatu menembus lobus frontalku dan terkunci dalam satu pernyataan ringkas : "Masih ada kesempatan untuk  berbagi kesan dan memperingati. Lepaskan saja euforianya dan menarilah dalam aksara bersama para punggawa literasi lainnya" . And voila .. Hari ini di penghujung bulan Oktober tahun 2021, sebuah tulisan sederhana nan receh tersaji di sela waktu membersamai dua balita mungil tercinta. Tentu saja dalam keterbatasan yang asyik. Mengapa begitu?. Mengenang perjalanan blogging dan menuliskannya kembali di sini membuat satu per satu memori terbuka dan merangkak keluar dari dalam kotak pandora. Aku mulai memberanikan diri menginterpretasik

METAMORFOSA MIMPI

(Sumber foto : pixabay) 🍁 DESEMBER 2003 Tetiba rasa ini ada. Mulanya sebiji saja. Sejuta sayang, terlambat kusadari hingga tunasnya berkecambah penuh di dasar hati. Geletarnya terasa bahkan hingga hampir seribu malam sejak detik ini. Aku terjatuh lantas menaruh rasa. Tak ada lagi awan yang mengabu, sebab semua hariku seketika berwarna biru. Sesederhana itu geletar rasa, bisa merubah mimpi buruk menjadi sebuah asa. Bila kalian tanya apa dan bagaimana mimpiku, dengan lantang akan kujawab : DIA ❤. 🍁  FEBRUARI 2006 (Sumber foto : pixabay) Sayonara kuucapkan pada kisah lama. Bak plot twist roman picisan. Hari ini mimpiku sedikit bergeser ke dalam bentuk ekspektasi. Membahagiakan yang terkasih dengan penghidupan yang lebih baik. Iya, senyuman ibunda layak menjadi juara. Kukejar mimpi seperti mengejar bayanganku sendiri. Tak mengapa. Selagi aku terus berusaha menghunjamkan 'akar'nya hingga menembus jauh ke dalam tanah, bukankah sah saja bila aku memiliki mimpi yang menjulang tinggi

KILOMETER PERTAMA

Perjalanan rasa hari ini tak hanya bertutur tentang seberapa jauh langkah kaki mengayun. Lebih dari itu, setiap jengkalnya juga bercerita tentang pelajaran menukil butiran hikmah. Bahwa setiap langkah yang terjejak tak hanya menyisakan tapak-tapak basah layaknya pijakan kaki di atas rumput pagi. Melainkan ada tanggung jawab sang pemilik kaki, kemana saja langkah kakinya diayunkan. Ada tempat yang dituju, ada sepotong kenangan yang tertinggal. Sesekali terdengar bisingnya riuh berjelaga di sudut hati, pada tiap-tiap tempat yang membawa rindu pada seseorang yang kini berada dalam dimensi abadi. Langkah terayun kembali. Melintasi barisan pepohonan, pada pucuk-pucuknya menjadi tempat bernaung kawanan burung. Mereka kepakkan sayapnya setinggi angkasa kala pagi buta, untuk kemudian berpulang kembali ke sarangnya kala senja bergegas memeluk bumi dalam nuansa gulita. Sejenak kuhentikan langkah. Bukan untuk melepas penat yang menjalar di saraf-saraf kaki, melainkan untuk mengabadikan momen dari