Langsung ke konten utama

DUNIA LITERASI BACA-TULIS, SUMUR ILMU YANG TAK PERNAH KERING DIGALI MANFAATNYA

(Desain foto : by. Canva)
Dunia literasi selalu menawarkan candu bagi para pecintanya. Pun begitu dengan apa yang saya rasakan. Bak sekalinya tenggelam, maka seketika saya tak ingin bergegas mengapung kembali ke permukaan. Banyak hal menarik untuk dikulik ketika semakin hari diri terperosok masuk menjelajah belantara literasi. Dalam keterbatasan ilmu yang saya miliki, apa yang saya yakini dalam cakrawala pandangan saya selama ini seketika bisa terbantahkan oleh fakta dan data yang tersaji di lapangan. Salah satunya ketika salah seorang pegiat literasi, kang Maman Suherman menyampaikan bahwa ternyata bukanlah minat baca rendah yang selama ini menjadi gaung persoalan di tanah air, melainkan soal akses antara manusia dengan buku yang berjarak. Di Jakarta banyak orang menumpuk buku, sementara nun jauh di pelosok Papua, Kalimantan dan beberapa titik daerah terluas di Indonesia justru mengalami situasi susah untuk mengakses kehadiran buku. Berkaca dari hal tersebut, kang Maman, demikian beliau disapa, terinspirasi untuk bergerilya dalam program distribusi buku-buku ke seluruh pelosok negeri. Proses pendistribusian buku yang melibatkan JNE sebagai pihak ekspedisi tersebut membawa hasil spektakuler. Seribu Al-Qur'an dan ratusan buku telah tersebar ke seluruh Indonesia. Masya Allah.

(Desain foto : by. Canva)
Pun dengan image yang selama ini melekat dalam benak saya, bahwa sebuah perpustakaan identik dengan kuantitas buku yang tersedia di dalamnya. Logika itu terpatahkan seketika. Dengan gaya bahasa straight to the point beliau menyampaikan bahwa perpustakaan yang sebenarnya bukanlah tentang seberapa banyak buku yang ada di sana, melainkan apakah buku-buku yang tersedia di dalamnya telah sesuai dengan pemustakanya, pun apakah yang datang di perpustakaan tersebut sudah dipetakan karakternya. Jlebb banget! Sebagai contoh, bila di suatu daerah mayoritas yang berkunjung ke perpustakaan tersebut adalah anak-anak, maka yang seharusnya banyak disediakan adalah buku bertema anak-anak.

(Desain foto : by. Canva)
Well, seandainya semua orang memiliki mindset sebagaimana yang telah diimplementasikan oleh kang Maman dalam bentuk aksi nyata tersebut, maka bukan hal mustahil bila kelak Indonesia akan dipenuhi oleh buku-buku, selaras dengan image Indonesia darurat buku bacaan yang akan sirna. Demikian pula korelasinya dengan dunia literasi baca-tulis di tanah air, selayaknya akan menjadi sumur ilmu yang tak pernah kering digali manfaatnya oleh banyak orang. Semoga semakin tercerahkan pandangan kita tentang dunia literasi baca-tulis di tanah air. Salam baik.
#jnewsxkangmaman #JNE31Tahun #jnemajuindonesia




Komentar

  1. Baca tulisannya saya berasa tertegur karena kurang peka dengan kebutuhan literasi di sekitar saya, semoga semakin banyak yang bisa ikut terjun membangkitkan dunia literasi Indonesia seperti kang Maman

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin ❤. Doa dan harapan yg sama untuk dunia literasi Indonesia, semoga semakin banyak yg concern terhadap perkembangan dunia literasi tanah air 😊

      Hapus
  2. Aamin, semoga dunia literasi kita semakin maju dan membumi lagi ke depannya. merupakan pengingat bagi kita semua dan khususnya bagi saya. thankyou for sharing.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin ❤. Sama-sama mba Nita, semoga tercipta iklim literasi yg kondusif dan nyaman bagi para pecinta dunia kepenulisan😊🙏

      Hapus
  3. Aamiin. Perlu pemerataan ya mb. Terima kasih sharingnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar sekali mba Nitis, sebab fakta berbicara adanya akses antara manusia dan buku yg memiliki jarak selama ini, sehingga menimbulkan terjadinya ketimpangan-ketimpangan di dunia kepenulisan tanah air

      Hapus
  4. inilah pentingnya kita terus berjuang menghidupkan dunia literasi, agar tidak tergeser teknologi yang bisa berdampak pada anak muda yang kurang tertarik pada dunia literasi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga terus bisa menghidupkan dunia literasi

      Hapus
    2. Aamin ❤. Sangat sepakat mba Muizzatul, yuk smangatt terus 🤗

      Hapus
  5. Dunia literasi ini bagi saya, sudah seperti nafas kak. Karena selalu membuat wawasan bertambah tiada hentinya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Keren sekali filosofinya mba Lailatul 👏. Semangattt selalu untuk menulis dan berkarya di dunia literasi mba 🤗❤

      Hapus
  6. masyAllah luar biasa sukses selalu mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aaamiin ❤. Sukses selalu juga untuk mba dimanapun berada, yuk semangatt yuk 😊

      Hapus
  7. Semoga minat masyarakat akan literasi semakin tinggi ya

    BalasHapus
  8. Punya banyak buku tapi tidak dibaca ya tidak ada gunanya. Jleb, di lemari masih ada beberapa buku masih dalam plastiknya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihi, self reminder juga nih buat saya. Harus sempatin untuk rajin baca biar wawasan dan ilmu ter-upgrade terus 💪. Semangatt juga buat mba Widya 😊❤

      Hapus
  9. MasyaAllah, selalu kagum dengan orang2 yg sudah melakukan sesuatu untuk masyarakatnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju sekali 😊. Semoga ke depannya banyak bermunculan Kang Maman-Kang Maman lain yg membumikan kecintaan akan literasi lewat aksi yg nyata. Dan semoga kita termasuk salah satunya. Aamiin 😀

      Hapus
  10. Mari menggalakkan dunia literasi, yg dimulai dari lingkungan sendiri. Info yang sangat bermanfaat..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yuppp 😀. Yuk, smangatt terus yuk mba Yatmie 💪

      Hapus
  11. saya yg didaerah sul-sel pun merasakan akses buku berjarak selali.. hiiksks

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nahh, fakta ga berbohong ya mba 🙁. Padahal di daerah sul-sel pun banyak sekali pecinta literasi, sayangnya akses untuk menjangkau bahan bacaan yg terbilang susah 🙁💔

      Hapus
  12. Jadi idealnya; beli buku, baca praktikkan.. Gitu ya kak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Exactly right mba Kifa 😀. Setidaknya tidak sampai dibiarkan berjamur di lemari buku, self reminder bgt nih buat saya 😀. Smangatt mba Kifa 💪

      Hapus
  13. Hidup literasi Indonesia semoga kita juga bisa jadi pelaku yang membawa perubahan pada kebangkitan literasi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aaamiin ❤. Smangatt selaluu mba Juwita 😊

      Hapus
  14. Sekarang udah banyak perpustakaan digital, dan platform baca online yang bisa membantu meningkatkan literasi baca kita. Jadi mungkin tinggal sosialisasinya aja yang kurang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar sekali, hanya saja terkadang bagi sebagian orang, memegang buku fisik jauh lebih terasa "feel" nya ketimbang lewat e-book. Belum lagi kendala sinyal internet di pelosok daerah yg seringnya mengalami kesulitan. Semoga ada langkah bijak juga dari para pihak terkait, dalam hal ini khususnya pemerintah ❤.

      Hapus

Posting Komentar

Terima kasih sudah membaca artikel ini. Silakan berkomentar dengan santun.

Postingan populer dari blog ini

SENANDIKA BLOG SEUMUR JAGUNG

  Seketika aku tampak seperti manusia gua. Aku baru saja tahu ada riuh di luaran sana kala netra memandang lekat pada almanak. Bulan Oktober hari ke 27, ternyata menjadi peringatan "Hari Blogger Nasional" . Berjuta pernyataan "baru tahu, oh ternyata, oh begini" memenuhi cerebrumku. Laun namun pasti, beragam pernyataan itu bersatu menembus lobus frontalku dan terkunci dalam satu pernyataan ringkas : "Masih ada kesempatan untuk  berbagi kesan dan memperingati. Lepaskan saja euforianya dan menarilah dalam aksara bersama para punggawa literasi lainnya" . And voila .. Hari ini di penghujung bulan Oktober tahun 2021, sebuah tulisan sederhana nan receh tersaji di sela waktu membersamai dua balita mungil tercinta. Tentu saja dalam keterbatasan yang asyik. Mengapa begitu?. Mengenang perjalanan blogging dan menuliskannya kembali di sini membuat satu per satu memori terbuka dan merangkak keluar dari dalam kotak pandora. Aku mulai memberanikan diri menginterpretasik

METAMORFOSA MIMPI

(Sumber foto : pixabay) 🍁 DESEMBER 2003 Tetiba rasa ini ada. Mulanya sebiji saja. Sejuta sayang, terlambat kusadari hingga tunasnya berkecambah penuh di dasar hati. Geletarnya terasa bahkan hingga hampir seribu malam sejak detik ini. Aku terjatuh lantas menaruh rasa. Tak ada lagi awan yang mengabu, sebab semua hariku seketika berwarna biru. Sesederhana itu geletar rasa, bisa merubah mimpi buruk menjadi sebuah asa. Bila kalian tanya apa dan bagaimana mimpiku, dengan lantang akan kujawab : DIA ❤. 🍁  FEBRUARI 2006 (Sumber foto : pixabay) Sayonara kuucapkan pada kisah lama. Bak plot twist roman picisan. Hari ini mimpiku sedikit bergeser ke dalam bentuk ekspektasi. Membahagiakan yang terkasih dengan penghidupan yang lebih baik. Iya, senyuman ibunda layak menjadi juara. Kukejar mimpi seperti mengejar bayanganku sendiri. Tak mengapa. Selagi aku terus berusaha menghunjamkan 'akar'nya hingga menembus jauh ke dalam tanah, bukankah sah saja bila aku memiliki mimpi yang menjulang tinggi

SEJAUH MANA KITA LIBATKAN ALLAH DALAM HIDUP KITA?

(Sumber foto : IG @ninih.muthmainnah) Masih terekam jelas dalam ingatan, peristiwa ketika si kecil tetiba terjatuh lantas mengalami kejang hingga tak sadarkan diri. Detik kala itu berlalu sangat cepat, bak sebuah adegan film dengan sekali aba-aba take action tanpa cut dari sang sutradara. Menutup lembaran tahun dalam nuansa yang jauh dari kata indah. Melewati puncak tantrum si kecil di sebuah rumah sakit. Bersamaan dengan pekik suara terompet membelah hening malam, pertanda tahun 2021 telah berlalu dan berganti dengan ucapan selamat datang tahun 2022. Serupa antitesis dalam sebuah fragmen kejadian yang harus dilewati secara bersamaan sekaligus. Satu hal yang membekas dari peristiwa di penghujung tahun lalu, ketika tak satupun jalan keluar kutemui, ternyata hanya di pintuNya-lah tak pernah kutemui jalan buntu. Aku merajuk mengulang pinta dan doa. Sembari menegakkan ikhtiar secara maksimal, kunikmati waktu melambungkan bait-bait doa dalam kepasrahan yang paripurna. Bahwa permata jiwaku