Langsung ke konten utama

SURAT CINTA untuk IBU

(Desain Foto : by. Canva)

Dear Ibu, terima kasih telah membersamaiku dan saudara-saudaraku hingga detik ini dan tegar bertahan dalam keadaan yang tak selalu baik dalam pandangan kita. Tak mengapa kan Bu, bukankah kehidupan dunia tak selalu menawarkan semburat indah warna pelangi yg memanjakan mata? Helaian rambut memutih memenuhi kepala seiring semakin berkurangnya daya penglihatan dan ingatan ibu, membawa rasa malu ini semakin merajai hati kala bertafakur dalam sepi untuk setiap kekurangan kami dalam membersamai masa senja ibu. Karena bahkan hingga detik ini, ibu selalu saja menjadi tempat berpulang kala dunia kejam memperlakukan kami. Kami tenggelam dalam pelukan yg menenangkan untuk kemudian hidup kembali pendar semangat kami yg sebelumnya beranjak redup padam. Ibu yang tak pernah jujur untuk seribu luka dalam hati, yang selalu berkata cukup untuk kebahagiaan yang belum sepenuhnya kami hidangkan.

Ibu memang bukan guru dalam arti harfiah. Namun bagi kami, ibu tak ubahnya definisi salah satu guru kehidupan yg kami miliki semenjak terlahir ke dunia ini. Dan kini ketika masa berlalu begitu cepat hingga melipat sejuta cerita, ibu menapak di jelang 80 tahun bilangan usia, namun rentanya fisik tak sejalan dengan kegesitan dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Hamdalah terucap selalu, karena bahkan sampai hari ini, Allah karuniakan ibu kesehatan yang prima bahkan masih istiqomah mentadabburi ayat-ayat Al-Qur'an di sela ibadah sholat lima waktu.

Tak mudah menjalani up and down dalam episode kehidupan ini. Mengarungi bahtera dengan riak gelombang yg tak terukur kadar keganasannya, apalagi sejak bapak berpulang ke sisi Allah 28 tahun silam. Akulah si bungsu yg menjadi salah satu saksi hidup perjalanan ibu. Apalagi setelah aku berkeluarga dan memiliki dua orang buah hati. "Hanya" dua orang buah hati saja namun bagai (sangat) jauh panggang dari api bila dibandingkan dengan segala pencapaian dan perjuangan yg telah ibu lalui. Aku banyak belajar dari ibu. Tentang kesabaran menghadapi berbagai karakter anak, tentang menyayangi tanpa pamrih, pun tentang kesetiaan kepada pasangan hidup.

Ah Bu, menuliskan ini saja ternyata bisa membuat hati ini gerimis seketika. Semoga Allah mudahkan langkah untuk bisa membawa kebahagiaan yang lebih baik di sisa usia ibu, selain doa yang tak pernah putus dirapal setiap waktu. 

Salam sepenuh cinta selalu. Dari aku anakmu yang telah menjadi seorang ibu namun tak pernah selesai membutuhkan ibu di sepanjang napas kehidupannya.
(Sumber Foto : pixabay)

Komentar

  1. Mbak, terharu sekali membacanya. Semoga Allah ijinkan kita semua memberi sedikit kebahagiaan bagi ibu-ibu kita

    BalasHapus
  2. Ya Allah jasa ibu tidak akan pernah terbalas oleh anak-anaknya. Terharu bacanya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Definisi cinta tak berbatas, kasih ibu kepada anak-anaknya 😊

      Hapus
  3. bahasa tentang ibu maupun kedua orang mata melek

    BalasHapus
  4. Sehat sehat selalu untuk ibunya ya mbak ❤

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiiin ❤. Terima kasih banyak atas doanya mba Nurul 😊🙏

      Hapus
  5. Ah iya, saya juga merasakan yang kakak tulis ini. Sudah jadi ibu tapi terus merasa membutuhkan ibu. Tiap kali bosan, jenuh atau ada apapun pasti pulang ke rumah ibu. Setelah itu punya semangat baru.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepakat yaa ❤ pelukan ibu selalu jadi tempat berpulang terasyik dan ternyaman bagi anak-anaknya 😊

      Hapus
  6. Terharu bacanya, pasti langsung kangen ibu. Aku jadi ingat pesan dosenku katanya kalau orang tua kita cerewet dan banyak cerita saat kita di rumah, itu tandanya mereka kangen :(((

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tull banget ❤❤❤. Ungkapan kasih sayang ibu yg terkadang kita kurang sadari, padahal sebenarnya itu adalah bentuk rasa rindu yg diungkapkan secara verbal oleh beliau 😊

      Hapus
  7. Terharu... berbucara tentang ibu... pasti tidak luput dari tetesan air mata. Apalagi saat sudah tak tinggal satu atap lagi. Hiks

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bangettt ❤. Ada banyak momen bersama ibu yg ga bisa tergantikan oleh siapapun, senyaman apapun situasi dan keadaan yg kita lalui saat ini ❤.

      Hapus
  8. senoga senantiasa sehat buat ibunda 😍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiiin ❤. Pun demikian dengan ibunda mba Yusriah, semoga sehat selalu 😊

      Hapus

Posting Komentar

Terima kasih sudah membaca artikel ini. Silakan berkomentar dengan santun.

Postingan populer dari blog ini

SENANDIKA BLOG SEUMUR JAGUNG

  Seketika aku tampak seperti manusia gua. Aku baru saja tahu ada riuh di luaran sana kala netra memandang lekat pada almanak. Bulan Oktober hari ke 27, ternyata menjadi peringatan "Hari Blogger Nasional" . Berjuta pernyataan "baru tahu, oh ternyata, oh begini" memenuhi cerebrumku. Laun namun pasti, beragam pernyataan itu bersatu menembus lobus frontalku dan terkunci dalam satu pernyataan ringkas : "Masih ada kesempatan untuk  berbagi kesan dan memperingati. Lepaskan saja euforianya dan menarilah dalam aksara bersama para punggawa literasi lainnya" . And voila .. Hari ini di penghujung bulan Oktober tahun 2021, sebuah tulisan sederhana nan receh tersaji di sela waktu membersamai dua balita mungil tercinta. Tentu saja dalam keterbatasan yang asyik. Mengapa begitu?. Mengenang perjalanan blogging dan menuliskannya kembali di sini membuat satu per satu memori terbuka dan merangkak keluar dari dalam kotak pandora. Aku mulai memberanikan diri menginterpretasik

METAMORFOSA MIMPI

(Sumber foto : pixabay) 🍁 DESEMBER 2003 Tetiba rasa ini ada. Mulanya sebiji saja. Sejuta sayang, terlambat kusadari hingga tunasnya berkecambah penuh di dasar hati. Geletarnya terasa bahkan hingga hampir seribu malam sejak detik ini. Aku terjatuh lantas menaruh rasa. Tak ada lagi awan yang mengabu, sebab semua hariku seketika berwarna biru. Sesederhana itu geletar rasa, bisa merubah mimpi buruk menjadi sebuah asa. Bila kalian tanya apa dan bagaimana mimpiku, dengan lantang akan kujawab : DIA ❤. 🍁  FEBRUARI 2006 (Sumber foto : pixabay) Sayonara kuucapkan pada kisah lama. Bak plot twist roman picisan. Hari ini mimpiku sedikit bergeser ke dalam bentuk ekspektasi. Membahagiakan yang terkasih dengan penghidupan yang lebih baik. Iya, senyuman ibunda layak menjadi juara. Kukejar mimpi seperti mengejar bayanganku sendiri. Tak mengapa. Selagi aku terus berusaha menghunjamkan 'akar'nya hingga menembus jauh ke dalam tanah, bukankah sah saja bila aku memiliki mimpi yang menjulang tinggi

SEJAUH MANA KITA LIBATKAN ALLAH DALAM HIDUP KITA?

(Sumber foto : IG @ninih.muthmainnah) Masih terekam jelas dalam ingatan, peristiwa ketika si kecil tetiba terjatuh lantas mengalami kejang hingga tak sadarkan diri. Detik kala itu berlalu sangat cepat, bak sebuah adegan film dengan sekali aba-aba take action tanpa cut dari sang sutradara. Menutup lembaran tahun dalam nuansa yang jauh dari kata indah. Melewati puncak tantrum si kecil di sebuah rumah sakit. Bersamaan dengan pekik suara terompet membelah hening malam, pertanda tahun 2021 telah berlalu dan berganti dengan ucapan selamat datang tahun 2022. Serupa antitesis dalam sebuah fragmen kejadian yang harus dilewati secara bersamaan sekaligus. Satu hal yang membekas dari peristiwa di penghujung tahun lalu, ketika tak satupun jalan keluar kutemui, ternyata hanya di pintuNya-lah tak pernah kutemui jalan buntu. Aku merajuk mengulang pinta dan doa. Sembari menegakkan ikhtiar secara maksimal, kunikmati waktu melambungkan bait-bait doa dalam kepasrahan yang paripurna. Bahwa permata jiwaku