Langsung ke konten utama

SURGA ITU BERNAMA IBU

(Credit by. Canva)
Adakah yang lebih surga
selain tenggelam dalam pelukan puan itu
kala lelah menghamba diri
kala pongah dunia menghunus hati

Adakah yang lebih surga
selain kasih tak berbalas tuba
selalu tulus membuncah
meski sejuta alpa meraja
dari lisan sang permata jiwa

Pun adakah yang lebih surga
selain rapal doa tak berjeda
tergumam khusyuk di atas lembar sajadah
melangit mengetuk pintu ArsyNya
semua serba rahasia

Tuhan sajalah saksi
lebih dari sekuntum doa mewangi
terijabah
menembus lapis-lapis udara

Ialah ibuku
yang menghidupkan jantung rumah
kala surya masih meringkuk di peraduan
kala tetes embun masih fatamorgana

Ialah ibuku
tak pernah jujur tentang luka
membungkusnya rapi ke dalam simpul-simpul tawa
menawarkan candunya
lantas berkata :
"Semua akan baik-baik saja"

Aku bersurat kepada Tuhan
semoga berkah usia puanku
dengan bahagia paripurna
dengan jalan surga yang tak terjal untuk dilalui

Hingga masih di sini aku
bertajuk sama sebagai seorang ibu
namun aku
tetap saja tak pernah selesai membutuhkan ibuku


(SEKAPUR SIRIH : Pada awalnya puisi bertajuk "Surga Itu Bernama Ibu" ini akan saya ikut sertakan dalam Lomba Puisi "Ungkapan Cinta untuk Ibu" yang diselenggarakan oleh salah satu akun instagram partai politik tanah air. Qodarullah, belum sempat saya mengerjakan video berikut narasi suara sebagai kelengkapan lomba, kejutan indah menghampiri. Di penghujung tahun kemarin, si kecil terjatuh dan mengalami kejang sehingga harus mendapatkan perawatan di RS. Hamdalah sekarang sedang dalam proses recovery. Teringat puisi ini, sayang bila hanya teronggok manis sebagai draft yang tak sempurna. Oleh karenanya saya memutuskan untuk mengapresiasinya dalam bentuk blogpost sekaligus menjadi sebuah pengingat yang manis akan momen pamungkas di penghujung tahun yang terjadi dalam hidup saya. Semoga berkenan bagi para pembaca. Selamat menikmati sajak rasa dari seorang ibu teruntuk seluruh ibu dan calon ibu dimanapun berada ❤.)




















Komentar

  1. Ibu itu memang luar biasa yang posisinya dalam hati kita. Bahkan tak pernah ada kata yang sanggup benar-benar mewakili.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar sekali mba Wid 😊 no word can describe ❤

      Hapus
  2. kalau baca karya yang menyangkut ibu tuh suka agak-agak mellow saya, merasa diri belum maksimal berbakti pada ibu yang seluruh hidupnya sudah diberikan untuk saya dan keluarga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepakat mba Ishmah ❤. Sampai kapanpun bakti seorang anak pada ibunya tak akan mampu membalas bahkan untuk rasa sakit kala beliau melahirkan putra putrinya.

      Hapus
  3. Ibu adalah pintu menuju surga yang kita punya di dunia. Dan, saya sudah kehilangan pintu itu satu. Ibu mertua. 🥺

    BalasHapus
    Balasan
    1. Turut berduka cita atas kehilangan ibunda mertua mba Monica ❤ Jalan cerita hidup kita kebetulan sama mba, ibunda dan ayah mertua sudah lama berpulang bahkan sebelum saya menikah dengan suami.

      Hapus
  4. Ibu adalah lautan kasih yang tak terperi. Punya segudang maaf yang tak terhingga. Selalu tersentuh kalo hal2 yg berkaitan dengan ibu. Mbaa...semoga lekas dipulihkan seperti sediakala, yaa si kecilnya, bisa ceria kembali. Aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepakat sekali mba Nita 😊❤. Terima kasih banyak untuk doa baiknya 🙏. Doa yg baik kembali pula kepada mba Nita dan keluarga ❤.

      Hapus
  5. Meski sudah menjadi ibu tapi tetap membutuhkan ibu. Tanda kasih ibu sepanjang hayat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya, dan tak akan pernah tergantikan sampai kapanpun ya mba Nida ❤

      Hapus
  6. Oh, ibu. Ibuku, tak pernah terdenga rkeluh dari bibirnya, meski perjuangan keras ia lalui untuk membesarkan kami.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dan hati selalu merasa saja gerimis ketika membahas tentang sosoknya yg semakin menua karena usia 🙁

      Hapus
  7. MasyaAllah kayaknya tidak ada kata yang mampu menggambarkan cinta kasih seorang ibu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Karena kasih ibu selalu abadi y mba, sehingga tak ada kata yg bisa mewakili seberapa besar perjuangannya untuk keluarga tercinta ❤

      Hapus
  8. Selalu merasa kurang dalam berbakti ke ibu.. Semoga ibu kita selalu sehat

    BalasHapus
  9. Auto mewek banget ..jadi kangen ibu di kampung

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mengingatkan semasa saya tinggal di tanah rantau sementara ibu ada di Jawa. Hanya bisa menahan rindu dari kejauhan 💔. Sedihnya tak terkira. I feel you mba Juwita ❤.

      Hapus
  10. Ibu itu segalanya kak. Memang jasa beliau tidak bisa terbalaskan. Semoga Ibu sya selalu sehat dan panjang umur juga. Memang kalau jauh sama Ibu itu berat, rindunya gk bisa tertandingi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepakat mba Laila
      ❤, sekalipun kita sudah dewasa tetap saja ada rasa mellow bila berjauhan dengan ibu.

      Hapus
  11. Subhanallah nyentuh hati banget puisinya, auto pengen peluk mama ku. Memang kasih sayang seorang ibu nggak bisa dibatasi, itu yang bikin anak semakin rindu ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yupp, sampai kapanpun, posisi ibu tak akan pernah tergantikan. Selalu di hati dan tak bisa dibatasi 😊

      Hapus
  12. Setuju banget mbak. Justru sejak menjadi ibu semakin mengerti bahwa perjuangan ibu kita dulu pun penuh liku

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, benar! 😀 Saya pun begitu, baru paham tentang perjuangan seorang ibu ketika saya sudah bergelar 'ibu'. Sejak saat itu, saya semakin takjub dengan ketangguhan ibu saya dalam membesarkan kami anak-anaknya.

      Hapus
  13. Puisinya bagus sekali....
    Memang menjadi ibu itu ahh sesuatu. Saya yang sedang proses menjadi ibu saja merasa speachless.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yupp, yuk semangattt untuk menjadi ibu yg 💪😊

      Hapus
  14. MasyaAllah dalem bangeeet, Ibu memang segalanya. Semoga sehat selalu untuk para Ibu di dunia

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aaamiiin ❤ Semoga Allah ijabah ya mba 🌻😊

      Hapus
  15. Masyaalloh... Selalu melow dengan tulisan untuk ibu. Alfatihah buat my mom

    BalasHapus
    Balasan
    1. Selalu speechless bila mengingat segala hal tentang ibunda ya mba Wid❤

      Hapus
  16. masyaallah.. semoga senantiasa sehat walafiat ibu-ibu kita di usianya yg senja 🥰 dan semoga segera pulih putrinya mba

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin yaa mujiib ❤ Terima kasih untuk doa baiknya Bu Yusriah 😊🙏

      Hapus

Posting Komentar

Terima kasih sudah membaca artikel ini. Silakan berkomentar dengan santun.

Postingan populer dari blog ini

SENANDIKA BLOG SEUMUR JAGUNG

  Seketika aku tampak seperti manusia gua. Aku baru saja tahu ada riuh di luaran sana kala netra memandang lekat pada almanak. Bulan Oktober hari ke 27, ternyata menjadi peringatan "Hari Blogger Nasional" . Berjuta pernyataan "baru tahu, oh ternyata, oh begini" memenuhi cerebrumku. Laun namun pasti, beragam pernyataan itu bersatu menembus lobus frontalku dan terkunci dalam satu pernyataan ringkas : "Masih ada kesempatan untuk  berbagi kesan dan memperingati. Lepaskan saja euforianya dan menarilah dalam aksara bersama para punggawa literasi lainnya" . And voila .. Hari ini di penghujung bulan Oktober tahun 2021, sebuah tulisan sederhana nan receh tersaji di sela waktu membersamai dua balita mungil tercinta. Tentu saja dalam keterbatasan yang asyik. Mengapa begitu?. Mengenang perjalanan blogging dan menuliskannya kembali di sini membuat satu per satu memori terbuka dan merangkak keluar dari dalam kotak pandora. Aku mulai memberanikan diri menginterpretasik

METAMORFOSA MIMPI

(Sumber foto : pixabay) 🍁 DESEMBER 2003 Tetiba rasa ini ada. Mulanya sebiji saja. Sejuta sayang, terlambat kusadari hingga tunasnya berkecambah penuh di dasar hati. Geletarnya terasa bahkan hingga hampir seribu malam sejak detik ini. Aku terjatuh lantas menaruh rasa. Tak ada lagi awan yang mengabu, sebab semua hariku seketika berwarna biru. Sesederhana itu geletar rasa, bisa merubah mimpi buruk menjadi sebuah asa. Bila kalian tanya apa dan bagaimana mimpiku, dengan lantang akan kujawab : DIA ❤. 🍁  FEBRUARI 2006 (Sumber foto : pixabay) Sayonara kuucapkan pada kisah lama. Bak plot twist roman picisan. Hari ini mimpiku sedikit bergeser ke dalam bentuk ekspektasi. Membahagiakan yang terkasih dengan penghidupan yang lebih baik. Iya, senyuman ibunda layak menjadi juara. Kukejar mimpi seperti mengejar bayanganku sendiri. Tak mengapa. Selagi aku terus berusaha menghunjamkan 'akar'nya hingga menembus jauh ke dalam tanah, bukankah sah saja bila aku memiliki mimpi yang menjulang tinggi

KILOMETER PERTAMA

Perjalanan rasa hari ini tak hanya bertutur tentang seberapa jauh langkah kaki mengayun. Lebih dari itu, setiap jengkalnya juga bercerita tentang pelajaran menukil butiran hikmah. Bahwa setiap langkah yang terjejak tak hanya menyisakan tapak-tapak basah layaknya pijakan kaki di atas rumput pagi. Melainkan ada tanggung jawab sang pemilik kaki, kemana saja langkah kakinya diayunkan. Ada tempat yang dituju, ada sepotong kenangan yang tertinggal. Sesekali terdengar bisingnya riuh berjelaga di sudut hati, pada tiap-tiap tempat yang membawa rindu pada seseorang yang kini berada dalam dimensi abadi. Langkah terayun kembali. Melintasi barisan pepohonan, pada pucuk-pucuknya menjadi tempat bernaung kawanan burung. Mereka kepakkan sayapnya setinggi angkasa kala pagi buta, untuk kemudian berpulang kembali ke sarangnya kala senja bergegas memeluk bumi dalam nuansa gulita. Sejenak kuhentikan langkah. Bukan untuk melepas penat yang menjalar di saraf-saraf kaki, melainkan untuk mengabadikan momen dari