Langsung ke konten utama

AKU, CERITA SEPASANG MATA DAN TITIK BALIK KESADARAN MENJAGA KESEHATAN MATA

 

(Ilustrasi mata)

Kalau saja ada kesempatan untuk mengulang waktu, maka salah satu hal yang ingin saya perbaiki adalah masa-masa sebelum tahun 2000. Bukan semata tentang kenangan manis masa kecil beranjak remaja, tetapi lebih karena ada satu urgensi yang mengharuskan saya untuk lebih aware lagi dengan kondisi kesehatan mata saya. Sebab menginjak tahun 2000 segalanya perlahan mulai berubah. 


Bermula dari jarak pandang terhadap sebuah objek benda yang mulai mengabur perlahan, seperti ada bukit kabut yang menutupi mata. Kala itu bilangan usia saya baru  saja menginjak angka 13 tahun. Setiap kali membaca tulisan guru di papan tulis, saya harus bersusah payah memicingkan kelopak mata agar bisa membaca tulisan dengan jelas. Meski saat itu saya terhitung duduk di bangku depan, namun hal tersebut ternyata tak terlalu banyak membantu. Sekali dua kali tempo, saya berusaha menikmati ketidaknyamanan saya selama mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas. 


Awalnya saya berpikir bahwa ketidaknyamanan itu disebabkan karena letak kelas yang minim asupan cahaya matahari sehingga menyebabkan ruangan kelas menjadi lebih temaram dan cenderung gelap, hingga akhirnya membuat saya refleks memicingkan mata berkali-kali selama mengikuti kegiatan belajar mengajar. Sampai akhirnya waktu menjawab semua teka-teki itu. Perlahan bagian belakang kepala saya mulai dilanda sakit ditambah keluhan pusing dan mual yang menyertai. 


Hingga beberapa waktu kemudian, sahabat karib saya yang tinggal tak jauh dari rumah tetiba bercerita bahwa kini dia memakai kacamata. Ia bercerita tentang gejala awal yang mengharuskannya memakai alat bantu penglihatan itu. Ternyata gejalanya sama persis dengan apa yang saya alami selama ini. Berbekal pengalaman sahabat, saya pun memberanikan diri untuk bercerita kepada ibu dan saudara-saudara saya tentang apa yang saya rasakan.


PENTINGNYA EDUKASI KESEHATAN MATA, PATAHKAN MITOS LAMA

(Sumber foto : suara.com)
Sayangnya apa yang saya rasakan tak mendapat respon positif dari ibu. Beliau marah dan menganggap saya hanya ikut-ikutan tren teman yang memakai kacamata. Dalam benak ibu, penyakit rabun jauh hanya akan melanda mereka yang berusia senja. Sementara orang berusia muda, apalagi anak-anak sangat tidak mungkin menderita penyakit itu. 

Mendengar respon ibu, sejujurnya hati saya  merasa sedih. Kelak ketika dewasa saya sadar bahwa edukasi tentang kesehatan mata itu penting. Tak hanya sekadar membangun self awareness lebih dini akan kesehatan mata, melainkan juga untuk mematahkan mitos-mitos yang telah mengakar lama di masyarakat tentang hal tersebut. Salah satunya berkaitan dengan case yang saya alami waktu itu. Ibu saya belum mendapatkan edukasi yang baik tentang fakta dan mitos seputar kesehatan mata. FYI, ibu saya termasuk dalam generasi baby boomer yang lahir di era tahun 40-an, sehingga cukup wajar bila beliau belum tahu banyak tentang hal itu. 


Belajar dari pengalaman ibu yang belum memiliki pengetahuan yang baik tentang fakta dan mitos seputar kesehatan mata, maka sejak divonis oleh dokter mata bahwa saya menderita rabun jauh (miopia) dan silinder (astigmatisme) kala remaja dulu, secara tidak langsung menumbuhkan self awareness sendiri dalam diri saya untuk lebih menjaga kesehatan mata. Sebab mata adalah jendela dunia. 


Tak lama setelah respon negatif ibu tersebut, salah satu kakak perempuan saya tanpa pikir panjang mengajak saya pergi ke sebuah rumah sakit umum di kota kami dengan tujuan ke poli mata. Di sana serangkaian proses pemeriksaan saya jalani. Mulai dari tes pemeriksaan fisik mata, tes ketajaman penglihatan (refraksi), tes gerakan  otot mata, pemeriksaan tekanan bola mata, hingga pemeriksaan lapang pandang. Hasilnya, saya menderita rabun jauh (miopia) dan mata silinder (astigmatisme). Sejak saat itu, resmilah saya menjadi gadis berkaca mata.


KATARAK, THE NUMBER ONE of BLINDNESS WORLDWIDE

(Sumber foto : sihat.net)
Tak hanya rabun jauh (miopia) saja jenis gangguan kesehatan pada mata, melainkan ada banyak jenisnya. Salah satunya adalah katarak, yaitu suatu kelainan mata yang menyebabkan kekeruhan pada lensa mata sehingga penglihatan menjadi buram sehingga berisiko menjadi kebutaan.

Melansir dari Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI tahun 2018, katarak  merupakan penyebab kebutaan terbesar nomor satu di dunia (The Number One of Blindness Worldwide), termasuk di Indonesia dengan persentase sebesar 34,47%. Menyusul gangguan kesehatan mata lainnya yakni refraksi yang tidak terkoreksi (20,26%) dan glaukoma (8,30%). Oleh karenanya setiap bulan Juni diperingati sebagai bulan kesadaran atas katarak (Cataract Awareness Month), dengan harapan seluruh masyarakat senantiasa peduli dan waspada dengan penyakit mata satu ini. 


Katarak tak hanya menyerang para lansia saja, melainkan semua orang dengan segala usia bisa berpotensi terkena penyakit ini. Baik itu bayi (katarak kongenital), remaja hingga dewasa usia 23 tahun (katarak juvenile)  maupun lansia (katarak senilis). Salah satu mitos yang berkembang selama ini di masyarakat bahwa katarak bisa disembuhkan dengan obat tetes herbal maupun daun sirih nyatanya belum terbukti secara ilmiah kebenarannya. Karena faktanya, solusi satu-satunya untuk menyembuhkan penyakit tersebut adalah melalui tindakan bedah/operasi katarak.


MENGURAI ASA dari MOMENTUM HARI PENGLIHATAN SEDUNIA 2022 : LOVE YOUR EYES

(Sumber foto : iStock)

Sejak memakai kacamata, saya akui penglihatan saya jauh terasa lebih jelas dan nyaman. Tetapi di sisi lain, seperti ada penyesalan yang melingkupi hati. Saya baru menyadari bahwa ternyata sehat itu mahal. Dalam hal ini khususnya mata yang sehat adalah dambaan bagi setiap orang, tak terkecuali saya yang memang sudah tahu rasanya perbedaan mata normal dan mata yang terganggu kesehatannya. 


Berawal dari hal itu, seiring jalannya waktu dan usia, saya mulai memperbaiki pola aktivitas saya, khususnya pada saat membaca buku dan berkutat dengan gawai. Kebiasaan buruk pada saat membaca buku nyatanya menjadi pintu pertama yang mengantarkan saya menjadi penderita miopia dan astigmatisme hingga kini. Intensitas membaca yang terus menerus tanpa jeda meski dalam keadaan mata lelah hingga berujung sakit di belakang kepala lalu mengabaikannya menjadi pencetus utama, selain kebiasaan buruk manajemen waktu screen time yang amburadul. 


Saya percaya bahwa bijak merawat penglihatan adalah kunci. Momentum Hari Penglihatan Sedunia yang jatuh pada bulan Oktober kemarin bisa kita jadikan titik balik kita untuk memulai sejumlah langkah positif terkait hal itu. Kita bisa melakukan beberapa tips sederhana untuk menjaga kesehatan mata kita antara lain :

  • Rutin periksa kesehatan mata

Anjuran untuk memeriksakan mata secara rutin setidaknya 2 tahun sekali ini penting untuk dilakukan, mulai dari anak-anak hingga lansia. Bahkan orang dewasa yang sudah berusia lebih dari 40 tahun, disarankan untuk memeriksakan mata setahun sekali. Tujuannya untuk mencegah penyakit mata yang berkaitan dengan pertambahan usia, seperti degenerasi makula, glaukoma, dan katarak.

  • Terapkan metode  20-20-20

Istirahatkan mata setiap 20 menit dengan melihat sejauh 20 feet (6 meter) selama 20 detik. Hal ini berlaku juga ketika mata kita berkutat lama dengan gawai dan komputer

  • Meluangkan waktu di luar ruangan

Sempatkan beraktivitas di luar ruangan, setidaknya selama 2 jam dalam sehari.

  • Gunakan kacamata sesuai ukuran

Bagi penderita gangguan refraksi (rabun jauh, rabun dekat dan silinder), menggunakan kacamata sesuai ukuran bermanfaat agar organ mata tidak bekerja terlalu keras saat melihat objek benda. 

  • Olahraga teratur 

Olahraga teratur terbukti mampu menurunkan resiko hipertensi dan diabetes yang menjadi salah satu faktor pencetus gangguan kesehatan pada mata.

  • Konsumsi makanan sehat dan bergizi

Makanan bernutrisi yang kaya akan kandungan vitamin A, vitamin C, vitamin E, lutein, selenium, dan asam lemak omega-3 yang terkandung pada sayuran hijau, salmon, tuna, telur, kacang-kacangan, dan jeruk diketahui dapat menangkal masalah gangguan kesehatan pada mata yang berkaitan dengan usia, seperti katarak dan degenerasi makula.

  • Membatasi penggunaan gawai

Menatap layar komputer dan gawai terlalu lama bisa memicu mata lelah. Oleh karenanya penggunaannya perlu dibatasi. 


MENGENAL LEBIH DEKAT METODE LASIK, SOLUSI MEDIS UNTUK MENGEMBALIKAN KEMBALI PENGLIHATAN KITA 

(Sumber foto :  nationallasikcenter.id)
Penglihatan yang bebas, jernih tanpa menggunakan kacamata atau lensa kontak (contact lens) adalah impian bagi semua orang. Sementara di sisi lain perkembangan dunia kedokteran yang semakin canggih dari masa ke masa turut andil menjawab tantangan itu. Bila dulu, kacamata atau lensa kontak menjadi satu-satunya alat bantu penglihatan bagi mereka yang menderita gangguan refraksi pada mata, maka kini semuanya bisa diatasi dengan metode canggih bernama LASIK

Lasik (Laser In Situ Keratomileusis) adalah prosedur laser untuk mengoreksi gangguan refraksi (mata minus/rabun jauh, silinder, rabun dekat) sehingga bisa terbebas dari alat bantu penglihatan seperti kacamata dan contact lens. Lasik merupakan tindakan operasi bedah refraktif yang cukup aman dilakukan dan tidak berbahaya. Meski begitu, calon pasien lasik harus tetap memastikan bahwa dokter spesialis mata memiliki kualifikasi terbaik dan profesional. Bahkan sebelum menjalani proses lasik, dibutuhkan serangkaian pemeriksaan melalui berbagai macam alat medis. Tujuannya, agar keakuratan pemeriksaannya mendekati 100% dan hasilnya juga maksimal.


EYELINK GROUP, MITRA TERBAIK PENANGANAN PELAYANAN KESEHATAN MATA 

(Sumber foto : instagram @eyelink.id)
Adalah Eyelink Group yang menawarkan solusi terbaik dalam hal penanganan pelayanan kesehatan mata secara komprehensif dan solutif bagi semua pihak. Eyelink Group merupakan holding dari pusat layanan dan manajemen penyedia layanan kesehatan mata yang berpengalaman sejak 2010 serta berkomitmen membantu masyarakat menjaga kesehatan mata dan mengembalikan kualitas penglihatan dalam kondisi terbaik.

Mengusung tagline “Meaningful Life”, Eyelink Group berkomitmen mewujudkan pelayanan dan manajemen layanan kesehatan mata melalui aspek kecerdasan majemuk yang diaplikasikan seirama dengan tiga komitmen dalam bentuk nilai dan budaya, yaitu: Profesional, Edukasi, dan Sosial (Proedusocio). Sebagai wujud kontribusi nyata Eyelink Group dalam memperbaiki kualitas hidup masyarakat Indonesia adalah dengan banyaknya mitra jaringan Eyelink Group di sejumlah daerah. Tercatat Eyelink Hospital Partner telah menaungi 11 poli mata, 70 dokter spesialis mata, 14 Vendor dan 236 KMU EDU yang hadir sebagai “Connecting Solution” untuk memperbanyak layanan kesehatan mata, dengan bekal 3 kelebihan: Experience, Expertise, & Synergy. Berbekal prinsip semakin banyak pusat layanan kesehatan mata yang tersebar, maka semakin mudah pula upaya penyembuhan gangguan mata yang terjadi di masyarakat.


Di sisi lain, kita dapat menggali pengetahuan lebih lanjut tentang seluk beluk kesehatan mata kita dengan mengunjungi akun sosial media Instagram milik Eyelink Group diantaranya @eyelink.id, @klinikmatakmu, @nlclasikcenter. 


At last but not least, kita bisa membuat hidup kita jauh lebih indah dengan banyak merekam warna warni kehidupan. Oleh karenanya prioritas kesehatan mata adalah salah satu yang utama, sebab hakikat mata adalah jendela dunia. Sayangi penglihatan kita sedari dini, kini, juga nanti. Salam baik.

Sumber referensi :

https://kmu.id/anatomi-mata/
https://kmu.id/mata-katarak/
https://nationallasikcenter.id/lasik/
https://doktermata.co.id/dokter-mata-konsultasi-kesehatan-mata/
https://eyelink.id/about-us/
https://www.alodokter.com/tujuh-cara-menjaga-kesehatan-mata
https://kmu.id/waspadai-katarak-adalah-penyebab-kebutaan-terbesar/
https://www.halodoc.com/kesehatan/penyakit-mata

https://kmu.id/eyelink-group/
















Komentar

  1. Rasanya sungguh mengganggu ya mbak kalau pakai kacamata itu, aku juga baru merasakan belum setahun ini pakai alat bantu penglihatan tersebut. Berkendaraan lihat pemandangam luar rasanya pusing kalau gak pake kacamata, apalagi kalau lihat tv dengan diharuskan baca subtittle-nya. Ya ampun benar-benar harus bergantung dengan yang namanya kacamata.

    BalasHapus
  2. Saya juga pakai kacamata karena miopia sejak usia 12 tahun, Mbak. Nggak enak memang kalau seusia itu memakai kacamata. Tapi, justru dengan kacamata saya bisa melihat jelas dan belajar dengan baik. Sekarang kalau nggak ada kacamata jadi ada yang kurang.

    BalasHapus
  3. Mata organ yg sangaattt penting bgt.
    Tapi karena belakangan ini kerap gadget an, banyak yg abai dgn kondisi mata ya

    BalasHapus
  4. baru-baru ini mendengar lasik dan ternyata memang sedahsyat itu ya kalo lasik.. mata sehat memang harta karun banget karena pernah ngerasain berkacamata jg dan ga enak banget

    BalasHapus
  5. Setuju banget mba kesehatan itu mahal banget, apalagi kesehatan mata yang merupakan jendela dunia.
    Aku juga sedang masa rawat jalan mba, karena mataku lagi sakit. Dan, perawatannya harus kontrol ke dokter spesialis mata setiap 1 minggu sekali, berasa banget mahalnya kesehatan mata.
    Oh ya, metode lasik ini aku baru dengar, ternyata metode lasik menjawab keresahan pengguna kacamata, ya.

    BalasHapus
  6. Heuuu sedih bgt karena saat ini banyak ank yg liat gadget. Semoga aja mata mereka tetap sehat karena asupan gizi yg baik.
    Secara mata adlh organ vital y mb

    BalasHapus
  7. Memakai kaca mata sejak kecil membuat saya kurang percaya diri sampai hari ini. belum lagi banyak hal yang membuat kita susah bergerak dengan bebas

    BalasHapus
  8. Wah aku ingin menerapkan metode 20 20 20 itu. Simpel dan logis. Karena aku sering lama lihat layar juga.

    BalasHapus
  9. Samaan mbaa aku tuh pengen bangett lasik haha.. sejak SMA sih pakai kacamatanya, ngerasanya udah dari SMP dan selalu ambil bangku depan2 karena takut ngga kelihataan huhu

    BalasHapus
  10. Sama mba kalau diberi kesempatan waktu, pengennya muter balik ke waktu masih kecil supaya jaga kesehatan mata, nggak baca sambil tidur, ngga nonton tv terlalu dekat, dll

    BalasHapus
  11. saya hampir 24 jam bekerja dengan gawai, penting banget untuk menjaga kesehatan mata, kadang saya suka abai tidak melakukan pemeriksaan sampai bertahun-tahun, karena yakin sehat matanya, padahal harusnya melakukan pemerinkasaan untuk antisipasi. karena kadang mencari tempat untuk pengecekan mata suka ragu apakah aman dan terpercaya.dan ini bisa menjadi salahs atu referensi saya ni mba

    BalasHapus
  12. Hiks sama mbak, kalau boleh mengulang masa lalu rasanya ingin kembali dan memperbaiki kesalahan dulu, Bagi saya yang menggunakan kacamata sejak SD, berkacamata itu untuk beberapa hal tidak nyaman, bersyukur ya yang diberi kesehatan mata hingga dewasa

    BalasHapus
  13. Ini metode terbaru yang ada di indonesia ya. Sekarang dari SD sudah banyak yang memakai kacamata. Metode ini biayanya lumayan ya

    BalasHapus
  14. Jadi ingat pertama kali memakai kacamata. Alhamdulillah, kini kacamata biasa digunakan bahkan sebagai asesoris yang mendukung penampilan. Tapi tetap, menjaga kesehatan mata dan kalau bisa dibantu penyembuhannya, tentu akan sangat menyenangkan sekali, hidup tanpa alat bantu melihat.

    BalasHapus
  15. Kesehatan Mata memang sangat Penting ya kak. Harus pinter-pinter merawat kesehatannya nih

    BalasHapus
  16. Sangat mengganggu pastinya kalau mengalami gangguan penglihatan. Tapi suka tidak peduli dengan kesehatan mata ini sudah ada masalah baru nyadar

    BalasHapus
  17. Ya allah untung kakak aware dan diajak periksa ya. Ga kebayang kalau didiamkan saja bisa susah mengikuti pelajaran. Aku juga usia 30an udah silindris mba. Aq kira usia senja baru silindris lho

    BalasHapus
  18. Menjaga kesehatan mata itu penting banget ya apalgi buat yang kerja didepan ayar laptop

    BalasHapus

Posting Komentar

Terima kasih sudah membaca artikel ini. Silakan berkomentar dengan santun.

Postingan populer dari blog ini

SENANDIKA BLOG SEUMUR JAGUNG

  Seketika aku tampak seperti manusia gua. Aku baru saja tahu ada riuh di luaran sana kala netra memandang lekat pada almanak. Bulan Oktober hari ke 27, ternyata menjadi peringatan "Hari Blogger Nasional" . Berjuta pernyataan "baru tahu, oh ternyata, oh begini" memenuhi cerebrumku. Laun namun pasti, beragam pernyataan itu bersatu menembus lobus frontalku dan terkunci dalam satu pernyataan ringkas : "Masih ada kesempatan untuk  berbagi kesan dan memperingati. Lepaskan saja euforianya dan menarilah dalam aksara bersama para punggawa literasi lainnya" . And voila .. Hari ini di penghujung bulan Oktober tahun 2021, sebuah tulisan sederhana nan receh tersaji di sela waktu membersamai dua balita mungil tercinta. Tentu saja dalam keterbatasan yang asyik. Mengapa begitu?. Mengenang perjalanan blogging dan menuliskannya kembali di sini membuat satu per satu memori terbuka dan merangkak keluar dari dalam kotak pandora. Aku mulai memberanikan diri menginterpretasik

METAMORFOSA MIMPI

(Sumber foto : pixabay) 🍁 DESEMBER 2003 Tetiba rasa ini ada. Mulanya sebiji saja. Sejuta sayang, terlambat kusadari hingga tunasnya berkecambah penuh di dasar hati. Geletarnya terasa bahkan hingga hampir seribu malam sejak detik ini. Aku terjatuh lantas menaruh rasa. Tak ada lagi awan yang mengabu, sebab semua hariku seketika berwarna biru. Sesederhana itu geletar rasa, bisa merubah mimpi buruk menjadi sebuah asa. Bila kalian tanya apa dan bagaimana mimpiku, dengan lantang akan kujawab : DIA ❤. 🍁  FEBRUARI 2006 (Sumber foto : pixabay) Sayonara kuucapkan pada kisah lama. Bak plot twist roman picisan. Hari ini mimpiku sedikit bergeser ke dalam bentuk ekspektasi. Membahagiakan yang terkasih dengan penghidupan yang lebih baik. Iya, senyuman ibunda layak menjadi juara. Kukejar mimpi seperti mengejar bayanganku sendiri. Tak mengapa. Selagi aku terus berusaha menghunjamkan 'akar'nya hingga menembus jauh ke dalam tanah, bukankah sah saja bila aku memiliki mimpi yang menjulang tinggi

KILOMETER PERTAMA

Perjalanan rasa hari ini tak hanya bertutur tentang seberapa jauh langkah kaki mengayun. Lebih dari itu, setiap jengkalnya juga bercerita tentang pelajaran menukil butiran hikmah. Bahwa setiap langkah yang terjejak tak hanya menyisakan tapak-tapak basah layaknya pijakan kaki di atas rumput pagi. Melainkan ada tanggung jawab sang pemilik kaki, kemana saja langkah kakinya diayunkan. Ada tempat yang dituju, ada sepotong kenangan yang tertinggal. Sesekali terdengar bisingnya riuh berjelaga di sudut hati, pada tiap-tiap tempat yang membawa rindu pada seseorang yang kini berada dalam dimensi abadi. Langkah terayun kembali. Melintasi barisan pepohonan, pada pucuk-pucuknya menjadi tempat bernaung kawanan burung. Mereka kepakkan sayapnya setinggi angkasa kala pagi buta, untuk kemudian berpulang kembali ke sarangnya kala senja bergegas memeluk bumi dalam nuansa gulita. Sejenak kuhentikan langkah. Bukan untuk melepas penat yang menjalar di saraf-saraf kaki, melainkan untuk mengabadikan momen dari